Mulai dari hal kecil yakni Menanam
Sabtu, 12 agustus 2023 Yayasan Wangsakerta mengadakan lokakarya dengan mengusung tema “Desa dan Keluarga dalam menghadapi perubahan iklim” yang diisi oleh Ahmad Mahmudi, dari INSIST Yogyakarta selaku narasumber sekaligus Ketua Pembina Yayasan Wangsakerta. Seminar ini dihadiri lebih dari 100 orang yang terdiri dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak, orang muda hingga ibu-ibu, komunitas dari Klayan, Ponpes Khas Kempek, tim pemetaan desa Gintung Lor, Camat, tim LP2M IAIN SNJ, perwakilan IKA, ibu dari Karangdawa dan Kedung Krisik Selatan dan lain-lain.
Dalam mengawali kegiatan ini Farida Mahri selaku ketua yayasan wangsakerta memberikan sambutan dengan mengajak ibu-ibu di dusun karangdawa dan kedungkrisik untuk belajar bareng mengenai perubahan iklim dan melakukan tindakan mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim dengan cara menanam di pekarangan rumah. "Semoga dalam waktu 4 bulan, kita sudah bisa memanen hasilnya dan bisa merasakan dampaknya lewat olahan makanan yang sehat dan bisa kita tanam sendiri, selain itu harapannya juga ibu-ibu dapat menjual hasil panen. Oleh karena itu perlu kita adakan pertemuan rutin, misal tiap dua minggu sekali dimana dan ingin belajar apa".
Ada apa dengan ‘desa’ dan ‘pangan’?
Ahmad Mahmudi memantik diskusi dengan topik d
esa dan pangan. Mengapa desa? Mengapa pangan?, desa menjadi tempat pemasok utama sumber daya pokok kehidupan, oksigen bersih, bahkan menjadi tempat pelarian terakhir yang paling aman dan damai. Sedangkan pangan merupakan 1) kebutuhan pokok semua orang (tidak makan, ya mati), 2) penyebab perang besar-besaran, dan 3) juga budaya pangan menentukan kualitas manusia baik fisik maupun mental.
Namun, dalam data BPS dinyatakan bahwa desa semakin tidak menarik, makin tidak memberi harapan terutama bagi orang muda usia produktif dan juga kemampuan desa dan wilayah perdesaan menyediakan bahan pangan terus menurun dari waktu ke waktu. Sejauh penelitian Pak mahmudi yang sudah mengunjungi 300 desa di indonesia belum ada satupun desa yang betul-betul mampu menyanggah kebutuhan pangan bagi warganya.
"Aneh, orang muda, para sarjana yang disekolahkan dari orang desa memilh untuk tinggal dikota, meninggalkan desanya sehingga desa mengalami kekosongan intelektual. Karena itulah, maka saya lebih senang mengajak ibu-ibu dan anak muda yang masih tinggal di desa membentuk kelompok-kelompok untuk kembali memberikan harapan kehidupan yang lebih baik. Karena tadi, kalau desa ini hancur maka bukan hanya desa tapi orang kota pun akan menerima dampaknya. Begitulah pentingnya untuk mencukupi kebutuhan pangan bagi desa dan seluruh rakyat indonesia".
Selanjutnya, pak Mahmudi menampilkan kutipan Alqur’an surat Ar Rum ayat 41:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, (melalui hal itu) Allah memberikan mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat ini sebagai pengantar untuk menjelaskan topik ‘apa itu Iklim dan Mengapa Iklim itu penting ?’
Iklim merupakan suatu pola cuaca di wilayah tertentu dalam kurun masa tertentu (jangka panjang) yang menjadi kebiasaan (rata-rata) mulai hitungan bulan-bulan sampai jutaan tahun. Iklim menciptakan kehidupan bumi dan keberlangsungannya. Bila iklim berubah maka kehidupan bumi berubah pula.
Perubahan iklim dipicu oleh aktivitas manusia, seperti penambangan batubara yang nyaris tanpa batas waktu, penggundulan hutan, polusi udara, efek rumah kaca bahkan hingga penggunaan listrik. "Listrik itu yang biasa hanya kita colokkan kedalam perangkat seperti hape, kipas,komputer dll. Itu harus selalu kita hemat, itu penting sekali dengan cara mematikan setelah dipakai. jangan dikira itu hal kecil, karena jika kecil-kecil semua akan menjadi besar jika seluruh dunia. Coba bayangkan, jika kita kentut, itu hal kecil, tapi jika satu desa itu kentut secara bersamaan dengan waktu dan tempat yang sama".
Pak Mahmudi kemudian menceritakan dialognya dengan seorang perempuan di Desa Blederan, Wonosobo tahun 2012. "Bagaimana kehidupan sekarang Bu ? wah semakin Susah pak katanya semuanya mahal. Emangnya apa yang dibeli? semuanya dibeli. saya, tanya langsung pada ibu yang di sebelah saya apa yang dibeli Ibu sayur? langsung saya ambil spidol ambil kertas itu ibu membeli sayur setiap hari berapa saya? 9000 Pak. berapa yang kurang lebih sama penduduk di sini atau keluarga di sini ada berapa ? 1400 sekian. langsung saya itu 9000 kali 1480. itu siapa pegang kalkulator saya ingin tunjukkan jangan membiasakan kita kecil. 9000 kali 1480 untuk belanja sayur saja bisa sampai 4,8 miliar hanya untuk beli sayur".
Kembali ke soal perubahan iklim. Banyak hal yang membuat manusia berkontribusi dalam perubahan iklim dalam hal yang terlihat sangat kecil, namun dampaknya terjadi bencana dimana-mana, kenaikan air laut, banjir, kemarau,dsb.
Lantas apa yang bisa kita lakukan ?
Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi dampak perubahan iklim, dari mulai yang besar dan yang kecil, kalau yang besar itu ya hentikan pertambangan nikel dan pembabatan hutan, dll. Tetapi yang bisa menyerap karbon itu adalah tanaman untuk kebutuhan hidup maka tidak ada cara lain selain menanam sebanyak mungkin, tidak masalah ibu-ibu menanam didepan rumah disamping rumah, dilahan dan seterusnya. "Itulah yang saya lakukan dimanapun, dimana saja setiap saya pertama kali datang yang saya lakukan adalah melihat tanaman apa yang ada disini kemudian apa yang dibutuhkan disini dan berpikir cepat agar masyarakat tidak membeli. Itu adalah bentuk upaya untuk adaptasi dan mitigasi dari perubahan iklim".[]
*)Catatan nolulensi Lokakarya “Desa dan Keluarga dalam menghadapi perubahan iklim"