Menaklukan Ilalang, Menghalau Babi Hutan
Sebelum digarap, lahan ini penuh dengan Ilalang. Meski sudah dibabat, tumbuh lagi.
Dibakar, tetap tumbuh. Coba baca tulisan lewat internet, ternyata dua hal itu malah akan membuat ilalang tumbuh lebih banyak, apalagi jika dibakar; beresiko mematikan semua hewan disekitarnya. Cara terbaik untuk mengendalikan ilalang adalah mengolah tanahnya. Sebab, Ilalang tumbuh optimal saat Ph dibawah 5,5 (Tanah Asam). Sedangkan, tanah yang bagus adalah tanah netral (yang berada di Ph 6,5 - 7,5).
Kali ini saya mencoba mengolah tanah. Hal yang pertama saya lakukan adalah membabat ilalang kemudian mencangkul tanahnya, membiarkannya selama 3-5 hari. Alhasil ilalang tumbuh kembali, sangat cepat. Meski akarnya sudah terputus. Saya cangkul lagi dengan cara yang berbeda. Saya membuka tanah bedengan hingga membentuk seperti peti, kemudian memasukkan bahan organik dari dedaunan kering dan kotoran kambing, tutup lagi dengan tanah. Saya membiarkannya selama beberapa hari, ilalang itu tetap tumbuh tapi dengan jumlah sedikit.
Tiap ke lahan, saya cabuti ilalang itu, sedikit demi sedikit semakin berkurang jumlah ilalang yang tumbuh dan berganti dengan rerumputan, petanda bahwa tanah ini sudah lebih baik. Terlebih ketika hendak menanam, terdapat cacing yang mulai hidup berkembang di dalam tanah.
Ketika lahan dianggap siap untuk ditanam, saya berencana untuk menanam tiga jenis
tanaman, yaitu Jagung, Rosella, dan Timun Suri. Kebetulan benih jagungnya merupakan
benih lokal pemberian kawan yang berasal dari Padang. Ketiga jenis tanaman itu
ditanam secara tumpang sari. Namun, tepat satu hari setelah Rosella dan jagung
ditanam, saya temukan bekas tapak kaki sekelompok babi hutan di tanah bedengan.
Sepertinya tadi malam babi hutan tersebut main-main diladang.
Saya hampir lupa, bahwa di kawasan yang sedang kami garap memang masih kerap dikunjungi babi, apalagi jika ada tanaman jagung dan kacang-kacangan. Siap-siap saja untuk gagal panen karena tanaman dimakan dan dirusak kawanan babi hutan.
Dengan melihat kondisi seperti ini, saya mencari cara agar babi hutan itu tidak
menyerang kebun jagung. Beberapa warga lokal dalam menghadapi hama babi dengan
membuat pagar dari ranting atau bambu, dibeberapa sumber lain (yang saya baca)
ada yang menggunakan kapur barus, cabai, bawang putih, kain yang digantung,
suara dari kaleng, rambut, berbagai jebakan, bahkan hingga menggunakan racun
yang dapat mematikan.
Namun, entah mengapa saya malah kepikiran dengan tanaman serai wangi yang ada disekitar kebun kami. Sependek pikiran saya, Jika babi itu menggunakan indra
penciumannya dalam mencari makanan, maka mungkin aroma tanaman serai wangi
dapat menutupi aroma jagung dan menghalau babi untuk main main ke kebun. Dengan begitu, saya menanam serai wangi di sela-sela tanaman rosella, sebagai pagar
untuk menghalangi tanaman jagung.
Semoga percobaan ini berhasil, ..[]