Catatan.

Memproduksi Ilmu Pengetahuan Dekolonial

Catatan Lapangan
Wakhit Hasim
Cover Image for Memproduksi Ilmu Pengetahuan Dekolonial

Kehidupan sehari-hari adalah sumber pengetahuan yang paling kompleks mengenai kehidupan. Ia adalah peristiwa hidup, dinamika konflik dan kepentingan, kompromi dan perebutan, dan lebih jauh adalah dialog peradaban. 

Kehidupan sehari-hari warga ini yang sedang diakrabi oleh warga wangsakerta ini. Mereka sedang mengajak warga merespon perubahan lingkungan, mulai dari sampah, kelangkaan air, lunturnya kepekaan menanam, sampai dengan climate change, global worming. Itu diikuti oleh hilangnya generasi petani, dan lumpuhnya daya produksi oleh arus kuat menjabi buruh dan pedagang. Di desa-desa, di kampung-kampung. 

Para organizer ini ada yang sangat pemula, ada juga yang sudah berpengalaman lebih dulu. Sembari menyatu dengan masyarakat untuk menggali perubahan-perubahan lingkungan yang mereka sadari, mitigasi dilakukan dengan melakukan kegiatan mengolah sampah, menanam, dan menjaga sumberdaya air. 

Mereka ingin menuliskan pengalaman ini. Mereka ingin mengubah proses dialog dalam pengorganisasian menjadi informasi yang berguna, mengartikulasi pengalaman menjadi rumusan pengetahuan. 

Black and White Minimalist Mood Photo Collage.png

 "Pertanyaannya gini, apa yang ingin Anda ceritakan kepada orang lain dari pengalaman Anda ini? Apa yang ingin Anda tulis?" Omen yang memfasilitasi refleksi malam ini membuka dengan pertanyaan. 

"Aku pingin share pengalamanku mengorganisir di masyarakat", jawab Jeni, anak Gen Zi yang selalu menahan rasa nervous luar biasa dan merasakan keringat dingin saat turun di desa. 

"Ehm, bagian yang mana yang ingin kamu ceritakan Jen?", lanjut Omen. 

"Bahwa anak introvet kayak aku bisa juga mengorganisir di lapangan", lanjut Jeni. 

"Bagus Jen, bungkus ya!" 

Omen melanjutkan pertanyaannya. "Kalau kamu Iz?"

"Aku melihat perubahan lingkungan seperti berkurangnya debit air, berkurangnya pohon2 di desa, munculnya usaha desa dalam membuat tempat pariwisata desa. Aku pingin menulis apa tanggapan masyarakat tentang perubahan lingkungan itu, dan apa sikap mereka terhadapnya!" Begitu Faiz menyampaikan setengah renungannya. 

"Oke, itu polanya dari contoh kasus. Lanjut Iz!" 

"Kalau kamu Ngga?" Angga mengumpulkan ingatan dan merangkau kata-kata yang berceceran. Akhirnya dia menyampaikan.

"Kelompok dan warga kampung itu ternyata mau melakukan perubahan, hanya menunggu orang untuk mengajak gemana caranya!" Jelasnya. 

Ida, mbak Kepala Suku, menimpali, "Ini menarik karena ini menjadi bukti lain dari tuduhan masyarakat susah diajak berubah. Banyak orang menyalahkan masyarakat terkait masalah-masalah di desa". 

"Kalau Ang Fat gemana?", lanjut Omen.

"Aku mau nulis peran perempuan di kampung. Rasanya semua hal harus dilakukan oleh perempuan! Laki-laki gemana?"

"Suami kali Ang!", protes para jomblo anak buah Angga hehe...

**** 

Omen menegaskan bahwa cara menulis dari sini bisa mengikuti pola-pola memulai dari kasus, seperti contoh Faiz dan Najib, lalu pengalaman pribadi, seperti contoh Jeni dan Ang Fat, atau urut waktu, seperti Faiz dan Angga.  

Farida menegaskan urut waktu, adalah cara peka untuk menangkap perubahan sosial. Misalnya kelangkaan air di kampung, mulai kapan itu terjadi, peristiwa apa yang mengiringi, apa dampaknya, akhirnya apa yang ingin diubah?

Jika organizer menangkap ini, secara non formal, maka dialog perubahan akan terjadi. Ini juga yang akan mematahkan banyak tuduhan orang desa sebagai subyek pasif, nggak mau berubah, dan malas. Itu adalah pandangan dominan intelektual, teknokrat, dan sifanya adalah kolonialis. Kita melawan itu dengan produksi pengetahuan tandingan ini. 

**** 

Omen mengakhiri fasilitasi dengan menegaskan tahap-tahap menulis dan target hasilnya. 

Saung Wangsakerta, 01 Mei 2025.


Bagikan

Catatan Lapangan

Cover Image for Kandang Kambing Terpusat di Truag Dawuan

Kandang Kambing Terpusat di Truag Dawuan

catatan lapangan

Kandang terpusat ini sudah berdiri lama sekitar 10 tahun. Dijadikan kandang pusat agar bau dari limbah kambingnya jauh dari permukiman warga.

Jenika Elfani Mahri
Cover Image for Kambing kurus

Kambing kurus

catatan lapangan

Biasanya kami mengajukan bantuan-bantuan terkait domba ke dinas peternakan. Cuma, selama ini kami pernah mencoba tetapi dikasih bibit nya kurus-kurus dari segi pengurusannya tidak bisa maksimal, dari pada nyiksa buang energi tenaga, dijual dengan alasan mati.

Jenika Elfani Mahri
Cover Image for Panen Pengetahuan Pengorganisasian Masyarakat

Panen Pengetahuan Pengorganisasian Masyarakat

Mahasiswa dengan mata kuliah pemberdayaan wajib membuat laporan pemberdayaan, memadukan teori dan pengalaman mereka di desa. Mahasiswa dengan mata kuliah riset wajib membuat catatan lapangan dan draft artikel. 

Wakhit Hasim
Cover Image for Memproduksi Ilmu Pengetahuan Dekolonial

Memproduksi Ilmu Pengetahuan Dekolonial

Catatan Lapangan

Urut waktu, adalah cara peka untuk menangkap perubahan sosial. Misalnya kelangkaan air di kampung, mulai kapan itu terjadi, peristiwa apa yang mengiringi, apa dampaknya, akhirnya apa yang ingin diubah? Jika organizer menangkap ini, secara non formal, maka dialog perubahan akan terjadi. Ini juga yang akan mematahkan banyak tuduhan orang desa sebagai subyek pasif, nggak mau berubah, dan malas. Itu adalah pandangan dominan intelektual, teknokrat, dan sifanya adalah kolonialis. Kita melawan itu dengan produksi pengetahuan tandingan ini. 

Wakhit Hasim

Kontak

Informasi lebih lanjut

yayasan.wangsakerta@gmail.com

Jl. Jeunjing RT 06/RW 01 Dusun Karangdawa, Desa Setu Patok, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon 45145

Formulir Kontak

Y
Yayasan Wangsakerta

Mewujudkan masyarakat yang cukup pangan, cukup energi, cukup informasi, dan mampu menentukan diri sendiri.

© 2022 - 2025 Yayasan Wangsakerta. All rights reserved. Design by Studiofru