Kambing kurus
Lokasi: Desa Dawuan, Dusun Truag RT04/RW01 Kabupaten Cirebon
Tanggal/Waktu: 29 Juli 2025/ pukul 9 pagi
Narasumber: Pak Kuwu
Penulis: Jenika
***
Hari ini tujuan saya ingin ke balai desa, ke kantor pak kuwu ditemani oleh dua kawan saya, Faiz dan Arul. Saya berangkat bersama Faiz mengendarai sepeda motor pukul 9 pagi dari saung.
Setibanya disana Faiz mengenalkan saya dan Arul karena yang sudah mengenal pak kuwu terlebih dahulu adalah Faiz.
“Pak, ini ada teman saya. ini Jeni dan Arul.” Faiz mengenalkan saya dan Arul.
Kami mulai menjelaskan maksud kedatangan kami pagi ini untuk meminta izin melakukan riset di desanya.
“Mau izin riset pak di dusun Truag. Kami mau riset briket arang dari limbah kohe kambing.”
“Wah istimewa dong.” saya mengeluarkan contoh briket yang sudah jadi ke pak kuwu. “Gapapa, kan banyak kandang kambing di sana.”
“Iya pak kemarin sudah ke kandang kelompoknya juga, sudah ketemu pak RT, RW dan Kadusnya.” Jelas Arul.
Saya menjelaskan komposisi sederhana pembuatan briket kohe kambing ke pak kuwu.
“Kalau saya selalu open. Siapapun yang masuk ke wilayah kami yang tujuannya baik untuk kemajuan desa kami, mangga. yang penting tujuannya bagus.”
Respon pak kuwu yang baik dan terbuka membuat saya semangat untuk melakukan riset di dusun Truag.
Di sela-sela pembicaraan, saya juga melakukan sesi wawancara singkat mengenai dusun truag. “Jadi Truag ini dua mata pencaharian. Selain beternak juga bertani, jadi ganda. mereka tidak terpaku terhadap hasil ternak, mereka juga tetap bertani. Truag itu multi talenta walaupun termasuk RW yang sedikit jauh dengan posisi kami tapi di sana itu cukup punya potensi dan warganya memang ulat, rajin, tidak ada warga yang pengen nganggur di sana.” Jelas pak Kuwu.
“Kalau disini ada bantuan dari pemdes ke peternak dusun truag gak pak?”
“Untuk saat ini, kami alokasikan anggarannya ke BUMDES. Biasanya kami mengajukan bantuan-bantuan terkait domba ke dinas peternakan. Cuma, selama ini kami pernah mencoba tetapi dikasih bibit nya kurus-kurus dari segi pengurusannya tidak bisa maksimal, dari pada nyiksa buang energi tenaga, dijual dengan alasan mati. Jadi intinya mereka tidak terlalu berharap untuk bantuan-bantuan seperti itu. Karena pemerintah juga kadang bantuannya yang bibit-bibitnya tidak bisa berkembang dengan baik.”
Pak kuwu juga menjelaskan kalau di periode pemerintahannya saat ini belum ada bantuan untuk peternak karena beliau menjadikan pengalaman sebelumnya sebagai pembelajaran.
“Menurut bapak, briket ini gimana kalau kita coba disini?”
“Ya justru saya sih malah seneng. Senengnya apa? medianya sudah ada, kotoran dombanya ada banyak disini. untuk kompos bisa, briket juga bisa. kita disini punya potensi cuma kadang mengawalinya aja yang butuh proses.”
Pak kuwu berharap dengan adanya riset ini membantu desanya untuk berkembang. satu jam penuh kami berbicara dengan pak kuwu. banyak yang kami bahas salah satunya tentang keresahan pak kuwu mengenai sampah yang ada di desa Dawuan.
Refleksi yang bisa saya ambil dari pertemuan hari ini adalah terus berusaha untuk membuka atau membuat celah ke masyarakat dengan pendekatan terlebih dahulu.